Varietas Unggul Alpukat

PENDAHULUAN

Alpukat termasuk famili Lauraceae, genus Persea dengan spesies Persea americana Mill., sinonim Persea gratissima Gaertn atau Persea drymifolia Schlecht Et Cham yang berasal dari Amerika Tengah, tetapi sudah menyebar luas ke berbagai negara termasuk Indonesia. Tanaman ini masuk ke Indonesia sekitar abad ke 18 dan sekarang sudah tersebar luas di hampir seluruh wilayah dengan nama lokal yang berbeda.

Sampai saat ini, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil alpukat terbesar kedua di dunia setelah Meksiko. Alpukat yang ada di Indonesia sangat beragam sekali baik ukuran dan bentuk buah, warna / ketebalan daging dan kulit buah, rasa daging buah, ukuran dan bentuk biji, produktivitas dan lain-lain. Keragaman sifat yang sangat tinggi pada alpukat ini akibat terjadinya persilangan secara alami selama bertahun-tahun.

Prospek pengembangan komoditas alpukat ini sangat cerah, baik ditinjau dari aspek pasar, pemenuhan gizi masyarakat serta kondisi agroekosistemnya. Buah alpukat dalam bentuk segar maupun olahan banyak diminati oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Permintaan pasar dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan mulai membaiknya perekonomian nasional.

Sementara itu, peluang ekspor untuk komoditas alpukat cukup prospektif, baik untuk buah segar maupun olahan. Kandungan gizi buah alpukat cukup tinggi sehingga sangat baik untuk kesehatan. Alpukat mengandung 10-20% kadar lemak, tetapi lemaknya adalah lemak tak jenuh yang mudah dicerna dan bermanfaat untuk mengfungsikan organ-organ tubuh secara baik serta dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Alpukat termasuk tanaman yang dapat tumbuh pada kisaran iklim dan lahan yang cukup luas, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan iklim kering sampai basah (Tipe A,B dan C), asalkan tanahnya beraerasi dan berdrainase baik, karena akar alpukat tidak tahan terhadap kondisi anaerob. Dilihat dari persyaratan tumbuh tersebut, komoditas ini masih berpeluang sangat besar untuk dikembangkan secara luas di berbagai wilayah yang memiliki kondisi agroekosistem yang berbeda.

Alpukat Mega Gagauan, Alpukat  Mega Murapi, Alpukat Mega Paninggahan

DAERAH ADAPTASI

Tipe iklim yang cocok agar alpukat tumbuh dan berproduksi tinggi adalah tipe iklim basah sampai agak kering. Mengacu kepada klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson, maka tipe tersebut adalah tipe ikllim B dan C. Di daerah bertipe sangat basah sekalipun atau tipa A, alpukat masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik karena ada beberapa jenis alpukat yang tipe pembungaannya tahan terhadap hujan lebat. Tetapi air yang tergenang sangat merusak pertumbuhannya.

Alpukat sangat cocok pada ketinggian 200 - 1000 m dari permukaan laut dengan curah hujan tahunan antara 1500 - 3000 mm. Alpukat toleran terhadap sinar matahari atau naungan dan membutuhkan suhu udara hangat antara 15 - 30oC dan kelembaban udara 50% - 80%. Suhu optimum untuk terbentuknya fruit-seat adalah antara 20-25oC. Semua jenis tanah pertanian cocok untuk tanaman alpukat, asalkan subur, gembur, mengandung cukup bahan organik, bereaerasi baik pH tanah antara 5,5-6,5.

Berkaitan dengan hal ini, Balitbu telah melakukan kegiatan eksplorasi alpukat ke berbagai daerah untuk mengumpulkan koleksi plasma nutfah. Dari kegiatan eksplorasi, koleksi, karakterisasi dan evaluasi tersebut pada tahun 2003 Balitbu telah melepas 3 varietas unggul nasional yakni : Mega Murapi, Mega Paninggahan dan Mega Gagauan.

Selanjutnya ketiga varietas tersebut ditetapkan sebagai varietas unggul nasional oleh Menteri Pertanian dengan SK :

  • Mega Murapi : No.519/Kpts/PD.210/10/2003
  • Mega Paninggahan : No.520/Kpts/PD.210/10/2003
  • Mega Gagauan : No. Kpts/PD.210/10/2003

ALPUKAT MEGA MURAPI

Alpukat Mega Murapi berasal dari seleksi indigenous di daerah sentra produksi alpukat yaitu nagari Muara Pingai kecamatan Junjung Sirih. Jumlah tanaman alpukat yang ada di daerah tersebut diperkirakan lebih dari 1500 tanaman yang cukup bervariasi baik tingkat umur maupun keragaman fenotipiknya. Tanaman tersebut umumnya berada di pekarangan rumah dan ada yang dikebun, tetapi tidak ada yang berbentuk perkebunan.

Alpukat Mega Murapi memiliki tingkat produktifitas yang tinggi, yaitu 350 - 450 buah/pohon/tahun atau 180-225 kg/pohon/tahun, daging buah tebal (1,9 - 2,1 mm), warna daging buah kuning mentega, rasa manis pulen, tekstur lembut dan halus dengan bobot buah rata-rata antara 400 - 600 gram, walaupun ada yang bobotnya sampai 100 gram.

Buah alpukat Mega Murapi ini biasanya langsung dibeli oleh pedagang ke pohonnya dengan harga yang relatif tinggi dan jarang dipasarkan di pasar lokal Solok, tetapi biasanya di bawa ke daerah Pekanbaru, Batam atau Tanjung Pinang.

Selama 3 tahun observasi, terlihat bahwa pada tanaman tersebut selalu dapat dijumpai bunga dan buah dengan tingkatan umur yang berbeda yang berarti tanaman tersebut memiliki kemampuan berbuah sepanjang tahun. Tanaman alpukat tersebut kemudian ditetapkan sebagai Pohon Induk Tunggal (PIT) yang sekaligus juga sebagai sumber entris atau mata tempel untuk membuah benih penjenisnya.

ALPUKAT MEGA PANINGGAHAN

Alpukat Mega Paninggahan ini juga berasal dari seleksi indigenous di daerah sentra produksi alpukat, yaitu desa Kampung Tangah, nagari Paninggahan, kecamatan Junjung Sirih. Populasi tanaman alpukat yang ada di sana tampaknya jauh lebih banyak dibandingkan dengan populasi yang ada di desa Muara Pingai dan diperkirakan ada labih dari 2000 pohon. Tanaman alpukat tersebut juga sangat bervariasi, baik tingkatan umur maupun varietasnya dan umumnya berada di pekarangan rumah atau di ladang yang belum dikebunkan secara luas.

Alpukat Mega Paninggahan memiliki tingkat produktivitas yang sangat tinggi yaitu antara 880 sampai lebih dari 1000 buah perpohon pertahun atau 300 - 350 kg perpohon pertahun, bobot setiap buah bervariasi antara 250-400 gram, tetapi ada juga buah yang bobotnya sampai 700 gram, tetapi sangat sedikit jumlahnya. Ketebalan daging buah antara 1,8 - 2,1 cm dengan warna kuning mentega dan cita rasa manis pulen, tekstur daging buah sangat halus dan lembut, hampir tidak berserat dan warna kulit buah merah. Tanaman ini juga dapt berbuah sepanjang tahun karena pada tanaman tersebut selalu dijumpai bunga dan buah yang berbeda tingkatan umurnya.

Seperti halnya dengan varietas Mega Murapi, buah alpukat ini tidak pernah dipasarkan oleh si pemilik ke pasar Solok, tetapi biasanya diambil oleh pedangang pengumpul langsung ke tanamannya dengan harga cukup tinggi dan dibawa ke daerah Pekanbaru, Batam dan Tanjung Pinang.

Tanaman alpukat Mega Paninggahan yang berasal dari biji tersebut kemudian dijadikan sebagai Pohon Induk Tunggal (PIT) sekaligus juga sebagai sumber entris atau mata tempel dalam bentuk pembuatan benih penjenisnya.

ALPUKAT MEGA GAGAUAN

Varietas ini berasal dari proses seleksi secara indigenous di daerah sentra produksi alpukat di desa Parumahan Bawah, nagari Paninggahan, kecamatan Junjung Sirih. Jumlah tanaman alpukat yang ada di desa ini diperkirakan juga cukup banyak yaitu lebih dari 1000 tanaman, tetapi tampaknya lebih sedikit daripada populasi alpukat yang ada di desa Kampung Tangah dan desa Muara Pingai. Seperti halnya di desa Kampung Tangah dan desa Muara Pingai, tanaman alpukat yang ada di desa Parumahan Bawah ini juga umumnya ada di pekarangan rumah dan ladang yang tidak berbentuk kebun alpukat. Tanamannya terdiri dari banyak varietas dengan berbagai tingkatan umur.

Alpukat Mega Gagauan memiliki buah berbobot antara 600 - 800 gram, bahkan ada yang bobot buahnya mencapai 1200 gram. Daging buah tebal (1,9 - 2,2 cm) dengan warna kuning muda, rasa manis agak pulen, tekstur lembut dan halus, tetapi jumlah buah yang dihasilkan relatif sedikit, yaitu antara 220 - 230 buah/pohon/tahun dengan bobot antara 140 - 175 kg buah/pohon/tahun.

Tanaman ini juga berasal dari biji yabg sudah berumur sekitar 15 tahun. Alpukat Mega Gagauan dapat berbuah sepanjang tahun, tetapi tingkatan fase perkembangan buahnya tidak terlalu sering, sehingga frekuensi panennya lebih rendah daripada varietas Mega Murapi dan Mega Paninggahan. Biasanya bunga akan muncul bila buah yang ada sudah cukup besar dan jarang ditemukan buah dalam berbagai tingkatan umur.

Tanaman alpukat Mega Gagauan yang berasal dari biji tersebut kemudian dijadikan sebagai sumber entris atau mata tempel dalam pembuatan penjenisnya.

Berdasarkan persyaratan tumbuh optimum bagi tanaman alpukat dihubungkan dnegan lingkungan tumbuh ke 3 varietas alpukat sebagai varietas unggul baru, alpukat Mega Murapi, Mega Paninggahan dan Mega Gagauan berpontensi pula untuk dikembangkan di wilayah lain di Indonesia dengan agroklimat yang sama, terutama daerah pengembangan alpukat pada umumnya kecuali daerah dengan perairan dangkal dan rawa.

Sumber leaflet 2006. Disusun oleh : M. Jawal AS dan Hendri Staf Peneliti Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jl. Raya Solok - Aripan Km. 8 PO BOX 5 Slk 27301. Tlp : (0755) 20137 , Fax : (0755) 20592