Membuat Kompos dari Limbah Kakao dan Ternak
Penyusun :
Murtiyeni, Broto Wibowo, I. Wayan Mathius, Agus Suparyanto, Bambang Kushartono, Fery Munir.
Desain dan Setting :
Dadang Sudarman, Aang Turniaman
Kerjasama
Balai Penelitian Ternak dengan Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) Badan Litbang Pertanian, Jakarta 2006
PENGANTAR
Booklet ini disusun untuk menyediakan informasi cara membuat kompos atau pupuk organik dari limbah kakao dan ternak dengan tujuan agar termanfaatkannya limbah kakao dan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik. Dibuat dengan bahasa yang sederhana dan dilengkapi dengan gambar-gambar sebagai visualisasiuntuk dapat mudah di plejari dan dimengerti.
Booklet ini dibuat bukan hanya untuk para petani kakao dan peternak sapi didaerah Donggala, tetapi diharapkan dapat pula dipergunakan oleh para penyuluh, petugas dilapangan untuk dapat dijadikan sebagai bahan informasi agar disampaikan ke petani atau masyarakat yang lebih luas.
Terimasih kami ucapkan kepada pimpinan Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) dan pimpinan Balai Penelitian Ternak (Balitnak) yang telah memberikan dukungan dana. Begitu pula kepada rekan-rekan yang telah menyumbangkan pemikiran dan saran sehingga tercetaknya buku ini.
Ciawi, Bogor
Murtiyeni
LATAR BELAKANG
Tanah yang ditanami suatu jenis tanaman dalam jangka waktu yang lama tanpa diberi pupuk akan mengalami penurunan kesuburan. Hal ini mengakibatkan produksi kurang optimal.
Sementara itu harga dan ketersediaan pupuk anorganik seperti Urea, KCL dan TSP selain harganya terus naik ketersediaan dipasar tidak menentu. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya usaha membuat pupuk organik (kompos) dengan bahan baku tersedia dilingkungan setempat.
Di daerah Donggala limbah kakao dan kotoran ternak belum dimanfaatkan dengan baik. Pembuangan limbah kakao perlu penataan agar tidak mencemari lingkungan dan menimbulkan sumber penyakit tanaman. Demikian pula kotoran ternak (sapi, kerbau, kuda, kambing dan domba) masih berserakan dimana-mana dan sebagian besar belum dimanfaatkan. Limbah kakao dan kotoran ternak mempunyai peluang untuk dapat diproses menjadi pupuk organik/kompos yang berkualitas dan sangat bermanfaat.
Dalam buku ini disajikan cara pembuatan kompos dari bahan limbah kakao dan kotoran ternak. Kami berharap buku ini dapat membantu para petani dan pembaca dalam pembuatan kompos.
APA ITU PUPUK ORGANIK
Pupuk organik (kompos) adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari limbah/sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan humus berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi. Jenis bahan tersebut lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan lembab. Pupuk organik dari sisa/limbah tanaman maupun pupuk kandang mengandung unsur hara baik mikro maupun makro yang cukup komplit (N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, B dan S).
Dilingkungan alam terbuka, kompos dapat terjadi dengan sendirinya dalam waktu yang cukup lama. Lewat proses alami daun-daun, batang, rumput, kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena kerjasama antara mikro organisme atau jasat renik dengan cuaca. Oleh karena itu maka lahan yang baru dibuka biasanya subur.
APA MANFAAT PUPUK ORGANIK (KOMPOS)
Manfaat penggunaan kompos terhadap tanah :
- Menambah kesuburan tanah
- Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur.
- Memperbaiki sifat kimiawi tanah, sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman.
- Memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih stabil .
- Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan.
- Memperbaiki kehidupan jasat renik yang hidup di dalam tanah.
Limbah kakao dan pencemaran lingkungan
Pada umumnya petani membuang kulit kakao dilahan pertanian atau dikebun kakao. Hal ini dapat mencemari lingkungan. Kulit buah kakao yang terkena hama penggerek buah coklat (acrocercops cramerella) dapat menjadi sarang hama/penyakit yang kemudian menyerang buah kakao muda. Untuk itu perlu adanya usaha untuk membrantas atau memotong siklus hidupnya. Larva yang ada dalam buah coklat dapat terbunuh karena panas yang ditimbulkan dalam proses pembuatan kompos.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kompos yaitu :
i. Syarat Pembuatan Kompos
1. Bahan Kompos
Jangan terlalu besar dan juga terlalu lembut. Jika terlalu besar bakteri pembusuk sulit menghancurkan. Jika terlalu kecil timbunan akan cepat mampat/padat sehingga aerasi (penghawaan) udara berkurang dan hal ini tidak baik untuk jasat renik/mikroorganisme.
Untuk mencacah kulit kakao dapat dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan pisau, golok dan parang. Dalam jumlah banyak dapat menggunakan mesin cacah.
2. Suhu dan ketinggian tumpukan.
Suhu yang baik 50-60 derajat C dan ketinggian tumpukan 1-1,5 m. Timbunan yang telalu rendah akan cepat kehilangan panas. Sebaiknya tumpukan yang terlalu tinggi akan cepat mampat/padat sehingga suhu dalam timbunan berkurang. Panas terlalu tinggi dapat membunuh bakteri pembusuk.
3. Stater/biang mikroba.
Diperlukan untuk mempercepat proses pengomposan. Dengan menggunakan stater proses pengomposan cukup memerlukan waktu 3 4 minggu. Sedangkan tanpa menggunakan stater biasa 12 - 16 minggu. Berbagai nama dari produsen stater mikroba contohnya : Probion, Trichoderma, stardec, OrgaDex, Starbio dan EM 4.
4. Pengaruh nitrogen
Nitrogen (N) adalah zat yang diperlukan mikroba untuk tumbuh dan berkembang biak. Selain Urea hijauan yang banyak mengandung N (Nitrogen) seperti : daun Lamtoro, Gricidia, Gamal, Turi dan Daun Kacang-kacangan.
5. Kelembaban.
Kelembaban tumpukan harus mencapai 40-60% yaitu tidak basah dan juga tidak kering. Bila terlalu basah, tidak ada rongga udara yang dibutuhkan mikro-organisme sehingga dapat mengagalkan proses pengomposan. Jika terlalu kering mikroorganisme pengurai limbah tidak berfungsi dengan baik.
Untuk mengetahui kelembaban tancapkan sebatang kayu ke dalam tumpukan dan diamkan beberapa menit kemudian kayu ditarik. Bila kayu terasa panas dan lembab serta tidak tercium bau busuk, berarti proses pengomposan berjalan dengan baik.
6. Tempat pembuatan kompos.
Tempat penampungan untuk pembuatan kompos bisa dibuat dengan cara :
a). Membuat bak kedalam tanah bisa disemen/tidak.
b). Membuat bak dengan semen diatas tanah.
c). Mebuat bak dari bahan kayu diatas tanah, dilengkapi dengan engsel yang dapat dipindah.
d). Membuat guludan kompos diatas tanah.
7. Pengadukan
Diperlukan guna memberikan ruang udara baru dan juga untuk meratakan mikro-organisme.
8. Naungan dan penutup.
Buatkan atap penutup untuk mencegah masuknya air hujan dan sinar matahari langsung. Sebaiknya jangan menggunakan atap dari seng, karena selain harganya mahal, seng akan mudah keropos terkena uap Nitrogen dari kompos. Penutup proses pe-ngomposan berguna untuk menjaga dan mempertahankan kelembaban.
II. Lokasi Pembuatan Kompos.
Persiapkan lokasi pem-buatan kompos dekat dengan sumber bahan pokok (kulit buah kakao) dan juga stategis dalam mengangkut bahan baku dan kompos yang digunakan.
Pilih suatu tempat dari kebun yang baik drainasenya dan tidak tergenang air.
III. Bahan kompos
Komposisi bahan untuk membuat 1 ton kompos diperlukan :
Kotoran sapi dikumpulkan dengan cara mengandangkan ternak. Ternak yang di gembalakan pada siang hari, kandangkan pada malam harinya. Setelah kotoran terkumpul dipindahkan ketempat pembuatan pupuk.

Kulit buah kakao dicacah untuk mempermudah proses pembusukan sehingga mudah hancur. Cacahan jangant erlalu kecil agar timbunan tidak menjadi padat sehingga rongga udara masih cukup untuk kebutuhan hidup mikro-organisme.

Sampah (rumput dan daun) baikmasih basah maupun yang sudah kering seperti daun kakao, daun bambu, daun Glirisidia rumput liar, rumput tegalan dsb.

Sekam atau debu dari dapur bagus sebagai bahan campuran kompos karena banyak mengandung Ca.

Urea diperlukan bakteri penghancur untuk tumbuh dan berkembang biak.

Stater seperti Probion yang mengandung mikroorganisme dapat mempercepat proses pelapukan/pembusukan.

Air berfungsi untuk mempertahankan kelembaban agar mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik. Catatan : Bila kulit buah kakao tidak mencukupi dapat ditambahkan atau digantikan bahan kompos lainnya seperti daun-daun atau limbah pertanian lainnya kotoran ternak, komposisi tersebut diatas dapat berubah sesuai dengan ketersediaan bahan.

Plastik lembaran/terpal yang tidak tembus cahaya. Ukuran disesuaikan dengan volume bahan/bak tempat pembuatan kompos.

IV. Proses Pembuatan Kompos
Tahap pertama: kotoran sapi, kulit buah kakao yang sudah dicacah, sampah daun dan sekam/abu diaduk menjadi satu secara merata.
Campur Stater 3 kg probion dan 3 kg urea diaduk sampai merata atau 5-7 kg OrgaDex dan 3 Kg Urea.
Bahan baku kompos yang telah di campur masukkan ke dalam tempat pengomposan secara bertahap. Tahap pertama ketinggian tumpukan sekitar 30 cm, kemudian taburkan campuran Stater/biang dan Urea lalu percikan air.
Selanjutnya lakukan seperti pekrjaan Tahap Pertama, sampai ketinggian kompos mencapai 1 - 1,5 m atau sesuai dengan bahan baku yang tersedia.
Setelah selesai lalu tutup dengan plastik atau terpal untuk menjaga kelembaban.
Balik tumpukan bahan kompos tersebut setiap minggu agar campuran tersebut berpindah tempat. Bila kelembaban kurang tambahkan air.
Selama proses pengomposan dari hari pertama secara bertahap suhu pengomposan meningkat mencapai 60 derajat C dan akan menurunkan bila proses pelapukan / pembusukan selesai.
Proses pengomposan dikatakan telah selesai apabila :
- Warna kompos menjadi coklat kehitaman
- Kompos tidak berbau menyengat.
- Kompos remah seperti tanah.
V. Pengepakan dan Penyimpanan
Kompos yang sudah jadi apabila tidak segera dipergunakan, sebaiknya disimpan ditempat yang aman, tidak kena air dan sinar matahari langsung.
Kompos dikemas dalam karung dan disimpan secara bertumpukan untuk menghindari penguapan atau hilangnya Nitrogen (N).
VI. Cara Pemupukan
Pemupukan dengan kompos dapat dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu pada saat selesai panen raya dan pada awal musim hujan atau setiap 6 bulan sekali. Caranya :
- Buat lubang mengelilingi pangkal batang tanaman, jarak lubang dari pangkal batang berkisar 50 - 160 cm terhantung besar kecilnya tanaman.
- Kompos ditaburkan kedalam lubang kemudian ditutup dengan tanah. Jumlah kompos yang digunakan harus di sesuaikan dengan umur tanaman.
Tanaman dengan umur dari 5 tahun cukup diberikan 5 kg kompos/pohon pengomposan atau 10 kg/pohon/tahun. Tanaman dengan umur lebih dari 5 tahun dapat diberi 710 kg kompos/pohon/pengomposan atau 14-20 kg kompos/pohon/tahun.
Sumber : Nugroho Wienarto
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2003. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Dengan Bioktivator OrgaDex. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.
L. Murbandono. HS. 1982. Membuat Kompos. PT. Penebar Swadaya. Anggota IKAPI. Jakarta.
Sarwono, B dan H.B. Aryanto. 2005. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Edisi ke V. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutriadikarta, D.S;S, Diah dan H. Wiwik, 2004. Petunjuk Teknis Uji Mutu dan Efektifitas Pupuk Alternatif Anorganik. Balai Penelitian Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
(mohon maaf lg tahap perampungan data)