Padi Hibrida

Balai Penelitian Tanaman Padi telah merakit beberapa kombinasi padi hibrida dan melepas varietas hibrida Rokan dan Maro yang mampu memproduksi 15-20% lebih tinggi daripada IR64. Pengembangan padi hibrida diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan produksi padi dan kethanan pangan nasional.
Leaflet 2004

Sebagai salah satu komponen produksi yang andal, varietas unggul berperan penting dalam peningkatan produksi padi nasional. Kini sekitar 80% areal pertanaman padi telah ditanami varietas unggul.

Meskipun demikian laju peningkatan produktivitas padi dalam beberapa tahun terakhir cenderung melandai, antara lain disebabkan oleh terbatasnya kemampuan genetik varietas padi yang tersedia untuk berproduksi lebih tinggi.

Varietas padi yang telah berkembang di kalangan petani saat ini adalah jenis inbrida seperti IR64, Cisadane, Membrano, Maros, dan Ciherang yang benihnya diperoleh melalui persilangan biasa.

Sejalan dengan perkembangan teknologi perpadian, padi hibrida telah dikembangkan di Cina, India, dan Vietnam dan Indonesia.

Secara nasional, penelitian padi hinrida dilakukan sejak 1984 oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan (sekarang Balitpa) Sukamandi, Jawa Barat. Pada tahap awal, penelitian difokuskan pada evaluasi terhadap varietas hibrida introduksi dan galur-galur induk persilangan dari Cina dan beberapa negara lain.

Pada tahun 1998 penelitian padi hibrida ditingkatkan dengan melaksanakan seluruh rangkaian proses pemualiaan. Sejak 2001 penelitian lebih diintensifkan dengan melibatkan disiplin ilmu pemuliaan sebagai tulang punggung didukung oleh disiplin agronomi, fisiologi, maupun hama dan penyakit tanaman.

Pembentukan

Padi hibrida merupakan turunan pertama (generasi) F1) dari persilangan antara galur mandul jantan (A) dengan galur pemulihan kesuburan (R). Benih padi hibrida hanya dapat ditanam satu kali, sebab jika hasil panennya ditanam ulang, maka pertumbuhan tanaman tidak seragam, sebagian mandul jantan, dan hasil yang diperoleh lebih rendah.

Pembentukan padi hibrida melibatkan galur mandul jantan sitoplasmik (A), galur pelestari (B), dan galur pemulih kesuburan (R). Benih galur A diperoleh melalui persilangan antara galur A dengan galur B. Benih galur B dan R diproduksi sebagaimana layaknya padi hibrida. Sedangkan produksi benih hibrida dilakukan melalui persilangan antara galur A dengan galur R.

Varietas Unggul Padi Hibrida

Pada tahun 2002 Balitpa telah berhasil melepas dua varietas unggul padi hibrida yaitu Maro dan Rokan yang mempunyai daya hasil lebih tinggi dibandingkan dengan varietas inbrida. Pada pengembangan di 28 lokasi, padi hibrida memberikan hasil 7,9 ton t/ha sedangkan varietas IR64 dan Ciherang masing-masing menghasilkan 5,7 dan 6,8 t/ha

Peningkatan hasil padi hibrida lebih tinggi bila ditanam dengan menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pada penerapan PTT di 28 lokasi padi hibrida menghasilkan 9,0 t/ha sedangkan IR64 dan Ciherang 6,7 dan 7,8 t/ha.

Varietas Maro dan Rokan masih mempunyai kelemahan yaitu rentan terhadap wereng coklat, bakteri hawar daun, dan virus tungro, oleh sebab itu pengembangan areal pertanamannya perlu memperhatikan hal tersebut dan disertai dengan penerapan teknologi PHT.

Teknik produksi dan perbanyakan benih galur A, B, R dan hibrida
Teknik produksi dan perbanyakan benih galur A, B, R dan hibrida

Hibrida Harapan

Penelitian padi hibrida selanjutnya ditekankan pada perbaikan ketahan terhadap hama dan penyakit utama. Dari penelitian tersebut telah diperoleh beberapa hibrida harapan di antaranya H4 dan H9 yang berdaya hasil sebanding dengan Maro dan Rokan tetapi lebih tahan terhadap wereng coklat dan bakteri hawar daun. Kedua hibrida ini sedang diusulkan untuk dilepas sebagai varietas unggul hibrida baru. Saat ini juga telah diperoleh beberapa hibrida yang tahan terhadap wereng coklat, hawar daun bakteri, dan virus tungro.

Untuk lebih meningkatkan potensi hasil varietas padi telah diupyakan pembentukan padi hibrida dari varietas padi tipe baru (PTB). Hibrida-hibrida dari PTB ini diharapkan dapat diperoleh dalam waktu 3-4 tahun mendatang.

Penyediaan Benih

Padi termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri. Benih padi hibrida diproduksi dengan menggunakan galur mandul jantan, sehingga pelaksanaanya lebih rumit bila dibandingkan dengan produksi benih konvesional (padi inbrida). Teknologi yang tersedia saat ini dapat menghasilkan benih galur mandul jantan (A) 1,0-1,6 t/ha. Hasil tersebut dapat lebih tinggi di lokasi yang lebih sesuai. Dengan hasil benih hibrida minimal 1 t/ha dan kelebihan hasil padi 1 t/ha, padi hibrida layak dikembangkan secara komersial.

Benih padi hibrida tidak diperoleh dari tanaman padi hibrida, melainkan melalui proses yang telah diuraikan. Artinya, petani harus membeli benih baru untuk setiap kali menanam padi hibrida. Hal ini memberi peluang bagi pengembangan industri benih padi hibrida.

Dalam memproduksi benih padi hibrida, keterlibatan lembaga penelitian yang merakit padi tersebut sengat penting. Bila proses produksinya salah, benih tumbuh menjadi tanaman yang tidak produktif.

Kesesuaian Lokasi Pengembangan

Padi hibrida dihasilkan dengan memanfaatkan keunggulan tanaman untuk meningkatkan daya hasil padi. Untuk mengekspresikan keunggulan itu, padi hibrida harus ditanam dengan menerapkan teknologi budidaya yang tepat di daerah yang sesuai.

Kriteria lokasi yang sesuai untuk pengembangan padi hibrida Maro dan Rokan antara lain adalah :

  • tanah subur dan irigasi terjamin;
  • bukan daerah endemik hama dan penyakit, terutama wereng coklat dan tungro;
  • petani setempat tanggap terhadap teknologi baru (petani maju) dan tingkat hasil padi yang dicapai sudah tinggi.

Informasi lebih lanjut silahkan hubungi :

Balai Penelitian Tanaman Padi Jln. Raya 9, Sukamandi, Subang Jaaw Barat. Phone (0260) 520157, Fax (0260) 521104 Website http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/