Pembesaran Ikan Bandeng dan Rumput Laut ditembak
Sampul brosur Petunjuk Teknis Pembesaran Ikan Bandeng dan Rumput Laut ditembak. Deptan. IP2TP Ujung Pandang 1996/1997

Ikan Bandeng yang juga dikenal dengan nama milk fish merupakan salah satu produk perikanan yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan dan bernilai ekonomis penting di Indonesia (Chen 1985). Di Sulawesi Selatan ikan Bandeng selain sebagai ikan konsumsi masyarakat, belakangan ini mulai laku dipasaran, sebagai umpan untuk penangkapan ikan tuna dilaut bebas. Disamping itu ikan ini sudah banyak diolah dalam bentuk olahan tradisional seperti ikan peda, pindang dan asap yang secara langsung mempuyai konstribusi terhadap peningkatan pendapatan petani ikan.

Sebagai ikan komersial yang mempunyai manfaat banyak bagi manusia, maka pengelolaan budidaya ikan Bandeng ditambak dimasa akan datang mempunyai prospek yang cukup baik, sehingga perlu dipikirkan prebaikan-perbaikan teknik budidayanya, dalam pembesaran Bandeng ditambak. Seperti sifatnya, bahwa ikan Bandeng merupakan jenis ikan yang mampu beradaptasi tinggi terhadap lingkungannya dan tahan terhadap serangan penyakit serta bersifat herbivore atau pemakan tumbuh-tumbuhan, maka ikan ini dapat dipelihara secara bersama-sama dengan ikan lain atau rumput laut.

Teknik pemeliharaan ikan Bandengan dan Rumput Laut di Sulawesi Selatan sudah banyak dilakukan oleh para petani tambak, adapun jenis rumput laut yang umumnya dibudidayakan bersama ikan Bandeng adalah jenis Gracilaria dan Eucheuma Sp.

Keberhasilan teknologi budidaya pembesaran ikan Bandeng dan Rumput Laun di tambak tergantung dari aspek kepentingannya, sehingga metode budidaya yang dipilih hendaknya dapet memberikan pertumbuhan yang menguntungkan, mudah dilaksanakan dan bahan-bahan penunjang kegiatan budidaya polikultur antara Bandeng dan Rumput Laut mudah di dapat dilokasi.

Sulawesi Selatan dengan panjang garis pantai sekitar 2.500 km dengan potensi lahan tambangnya sebesar 150.500 ha, mempunyai peluang yang sangat besar untuk memproduksi ikan Bandeng (Animous, 1995)