Teknologi Budidaya Ubi Jalar di Lahan Kering

Bagi lahan kering yang berupa tegal atau tadah hujan tanpa fasilitas jaringan irigasi, maka penanaman ubujalar hanya dapat dilakukan pada awal hingga tengah musim hujan. Di Indonesia umumnya musim hujan tersedia pada periode Oktober hingga Maret setiap tahunnya. Ini berarti penanaman ubijalar di lahan kering (tegal) pada Oktober-Desember dan dipanen Maret hingga Juni. Sedangkan bagi sawah tadah hujan dengan irigasi terbatas, penanaman ubijalar dapat dilakukan setelah pada dipanen yaitu periode Maret hingga Mei. Panen ubijalar di lahan sawah setelah sekali padi dilakukan Juli hingga Oktober. Tata cara teknologi produksi ubijalar di lahan kering (tegal) maupun sawah tadah hujan disajikan berurutan sebagai berikut :

  1. Penyiapan lahan di lahan kering umumnya mulai dilakukan saat kemarau khususnya pengolahan tanah, sehingga ketika awal musim hujan tiba penyempurnaan pengoilahan tanah dengan menyiapkan guludan atau gundukan dapat segera diselesaikan.
  2. Bibit berupa stek pucuk dapat dipersiapkan atau diperoleh dari pertanaman produksi di lahan sawah, sehingga sistem saling pasok bibit bagi lahan kering dan lahan sawah saling menunjang.
  3. Pengendalian gulma dari dini merupakan cara praktis yang relatif murah untuk diterapkan bagi penanaman ubi jalar di lahan kering. Dalam hal ini meskipun tanah sudah dipersiapkan saat kemarau, kemdudian dengan adanya kelembaban tanah yang cukup dari curah hujan maka gulma akan segera tumbuh. Oleh karea itu, sebelum dilakukan pembuatan guludan herbisida sistemik dengan bahan aktif Gliposat dapat disemprotkan dengan dosis 3-4 l/ha, kemudian selang sehari berikutnya herbisida kontak (bahan aktif seperti paraquat) depat disusulkan untuk disemprotkan dengan dosisi 4 l/ha. Dengan cara demikian pertumbuhan gulma awal akan tertekan, sehingga penyiangan manual hanya untuk membersihkan gulma dari pertanaman ubijalar. Pertumbuhan gulma selanjutnya akan tertekan oleh pertumbuhan tajuk ubijalar, sehingga cara ini sangat efektif dan efisien dalam menekan pertumbuhan gulma.  Setelah penyemprotan herbisida pertumbuhan guludan dapat dilakukan. Kemudian diikuti tanam agar terhindar dari keracunan (toxicity effect) herbisida sebaiknya dilakukan seminggu setelah penyemprotan.
  4. Pemberian pupuk kandang dilakukan bersamaan dengan pembuatan guludan, sehingga dapat terbenam dan tertutup sempurna oleh tanah di dalam guludan. Jadi aplikasi pupuk kandang tidak ditebarkan di atas permukaan tanah setelah guludan jadi. Takaran pupuk kandang yang ideal sebaiknya dapat memenuhi 5% bahan organik tanah, namun mengingat jumlah tersebut sulit dipenuhi, maka secara praktis dengan pemberian 5 t/ha pupuk kandang.
  5. Jarak antar guludan untuk memghindari terlalu rimbun pertumbuhan tajuk ubi jalar, maka diusakahan sebaiknya 100 cm antar pucuk guludan.
  6. Tanaman dilakukan dengan cara satu baris di setiap gulud. Posisi tanam berada di pucuk guludan. Stek sepanjang sektiar 25 cm dari bagian pucuk, ditanam dengan posisi miring 45 derajat searah dengan guludan. Bagian yang dibenamkan ke dalam tanah sekitar 10-15 cm. Jarak antar antar  tanaman dalam baris sekitar 25 cm.
  7. Meskipun sudah dilakukan pengendalian gulma pada awal, hingga 2-4 minggu setelah tanam sambil menyulam tanaman yang mati juga dilakukan penyiangan secara manual. Dengan demikian petakan dapat bersih dari gulma, serta akan sangat menguntungkan bagi tanaman berikutnya dalam menghadapigangguan gulma.
  8. Pemupukan dapat diberikan dengan pupuk tungan seperti Urea sebagai sumber P2O5 dan KCl sebagai sumber K2O masing-masing sebesar 100 kg/ha. Sedangkan jika menggunakan pupuk mejemuk phonska yang memiliki kandungan  NPKS sejumlah 300 kg/ha. Pemupukan dilakukan sekali pada umur 4 minggu setelah tanam, yang dicampur dengan Carbosulfan atau Carbofuran sejumlah 25 kg/ha guna mengantisipasi hama boleng.
  9. Pengolahan kelembaban  tanah bagi ubijalar yang ditanam dilahan kering (tegal) pada musim hujan memerlukan saluran drainase yang cukup, sehingga tidak terhadi genangan air hujan yang dapat memicu dan memacu pembusukan ubi. Sedangkan pada pertanaman di lahan sawah setelah padi guna menjaga agar guludan tidak retak akibat kekeringan yang diikuti serangan hama boleng, maka pengairan disarankan diberikan setiap 2-3 minggu.
  10. Jika mulsa dan sisa tanaman sebelumnya tersedia cukup maka dapat digunakan untuk menutup permukaan guludan setelah pemupukan, sehingga adanya mulsa dapat meniadakan pengangkatan batang untuk mencegah timbulnya akar dari ruas-ruas batang ubijalar.

KINERJA DAN KERAGAAN TEKNOLOGI

Ubijalar sangat menyukai untuk ditanam pada lahan dengan kisaran pH 5.5-6.0 dengan struktur tanah remah dan kaya bahan organik. Di lahan kering Wonosari maupun lahan sawah irigasi terbatas Genteng, dengan kondisi atau tingkat kesuburan tanah serta komposisi nutrisi pupuk kandang yang diberikan seperti disajikan pada tabel 1 merupakan syarat yang dikendaki tanaman Ubijalar. Di lahan kering Wonosari, hasil ubijalar mencapai 28,60 t/ha sudah merupakan tambahan pendapatan tunai yang menguntungkan petani. Sebab varietas Ayamurasaki yang berwarna ungu dari hasil panen tersebut 20 t/ha dapat sesuai dengan kriteria pabrik , sisanya hanya dijual ke pasar lokal dan dikonsumsi sendiri dan dibagikan ke tetangga. Hasil tertinggi 28,60 t/ha tersebut dicapai dengan taraf pemupukan 5 t/ha pupuk kandang disertai 100 kg Urea + 100 kg SP-36 + 100 kg Kcl.

Budidaya ubijalar di lahan kering dengan teknologi produksi yang tersedia seperti di atas mampu memberikan hasil ubi > 28 t/ha serta keuntungan bagi petani (tabel 2 dan tabel 3). Keuntungan sebesar Rp 19.540.000 tersebut terutama dari konstribusi tarif harga yang dibayarkan oleh pabrik yang sangat memadai saat panen dan diambil langsung dari lokasi (lahan petani). Pabrik pengolah ubijalar untuk pasar domestik maupun ekspor kini banyak terdapat di sekitar Bandung, Kuningan, Majalengka dan Cirebon Jawa Barat, serta Solo dan Semarang Jawa Tengah maupun Malang, Jember, Sidoarjo, Jombang, Mojokerto dan Surabaya Jawa Timur.  Persaingan antar pedagang pengumpul untuk memenuhi kebutuhan pabrik sangat menguntungkan petani, khususnya peningkatan harga. Hal ini juga sebagai pendorong bagi petani untuk terus berusaha mencari inovasi baru guna memperoleh peningkatan pendapatan tunai melalui peningkatan produksi.

Sedangkan di lahan sawah padi sawah, varietas Kidal (warna daging ubi kuning) dan Shiroyutaka (warna daging ubi putih) memiliki hasil yang lebih tinggi dibanding Ayamurasaki. Pemupukan bagi ubijalar yang dianjurkan di lahan sawah setelah padi berdasarkan hasil di tanah Entisol KP Genteng cukup dengan Urea 100 kg/ha saja. Hal ini tampaknya meskipun dari analisis tanah, kondisi keharaan tidak sebaik di lahan kering namun pengairan yang diberikan dengan interval 2-3 minggu sangat mendukung perkembagan dan pembesaran ubi (tabel 4). Sayangnya mutu air irigasi yang digunakan tidak dianalisis, namun melihat air tersebut melalui perkampugngan dan areal kandang sapi, sehingga kadar senyawa organik dari urine maupun kotoran (feaces) ternak turut berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil ubi.

Masa panen ubijalar dari lahan irigasi terbatas umumnya relatif serentak, sebab biasanya tanah segera ditanami padi. Hal ini menyebabkan harga ubijalar pada periode panen bersamaan tersebut tidak sebaik panen dari lahan kering (tegal) pada awal hingga pertengahan musim kemarau. Sebenarnya sambil menunggu membaiknya harga, dapat dilakukan dengan penundaan (pemanjangan) masa panen. Tetapi pemanjangan umur panen ubijalar di lahan irigasi terbatas dapat menggangu polatanam padi sawah, sehingga walaupun harga ubijalar murah petani tetap saja memanennya.

 

Mohon maaf lagi tahap perampungan data.

 

Sumber leflet : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian