Pengelolaan Air pada Padi Sawah Irigasi

Pengelolaan Air pada Padi Sawah

Umumnya pemberian air yang dipraktekkan petani pada padi sawah irigasi adalah dengan digenangi terus menerus. Selain tidak efisien, cara ini juga berpotensi mengurangi (1) efesiensi serapan hara nitrogen, (2) meningkatkan emisi gas metan ke atmosfer, (3) dan menaikan rembesan yang menyebabkan makin banyak air irigasi yang dibutuhkan.

Pengelolaan air pada padi sawah merupakan upaya untuk menekan kehilangan air di petakan sawah guna mempertahankan atau meningkatkan hasil gabah per satuan luas dan volume air. Pengurangan air akibat perlokasi, rembesan, dan aliran permukaan dapat menekan penggunaan air irigasi.

Ketersediaan air irigasi untuk budidaya padi sawah makin terbatas karena :

  • bertambahnya penggunaan air untuk sektor indsutri dan rumah tangga.
  • durasi curah hujan makin pendek akibat perubahan iklim
  • cadangan sumber air lokal juga berkurang, dan
  • terjadinya pendangkalan waduk.

Penghematan Air irigasi

Penghematan air diprioritaskan pada musim kemarau di aliran yang biasanya rawan kekeringan. Adapun alternatif strategi yang bisa dilakukan adalah pemilihan varietas dan metode pengelolaan air (metode macak-macak, gilir giring dan alternasi basah kering). Dengan cara ini areal sawah yang dapat dialiri pada musim kemarau menjadi 2 kali lebih luas.

Varietas Umur Genjah dan atau Toleran Kekeringan.

Umur varietas padi sawah berpengaruh terhadap tingkat konsumsi air. Makin pendek atau genjah (90-100 hari) umur tanaman padi, makin sedikit total konsumsi air bila dibanding dengan varietas padi sawah berumur lebih panjang (>125 hari). Beberapa ciri vaeritas padi sawah yang relatif toleran terhadap kekurangan air adalah :

  • laju transpirasi rendah dan air daun potensial tetap tinggi pada kondisi tanah kekurangan air, dan
  • bersifat amfibi yaitu bisa ditanam pada lahan sawah dan kering, seperti Way Apo Buru.

Varietas padi sawah unggul baru yang populer seperti Ciherang dan IR64 tidak tahan terhadap cekaman kekurangan air selama tanaman padi dalam fase resproduktif.

Ada empat metode pengairan yang dominan dipakai yaitu : sistem tanam tabela, metode macak-macak, giril giring, dan basah kering.

Sistem Tabam Tabela

Wilayah-wilayah dengan perbandingan antara

 sistem tanam tabela

cocok untuk budidaya padi sawah dengan sistem tabela. Dengan sistem ini, maka waktu tanam dapat dipercepat, manfaat air hujan ditingkatkan, kekeringan pada fase resproduktif dihindari, dan tanaman lebih tahan terhadap defisit lengas tanah.

Metode Macak-Macak

Budidaya tanam dengan air macak-macak ditujukan untuk mengurangi laju resapan air ke dalam tanah, rembesan, dan tekanan akibat perbedaan tinggi air sehingga kebutuhan air irigasi dapat dikurangi. Pengairan macak-macak pada seluruh fase dan meningkatkan efisiensi penggunaan air 40% sampai 50 % dibanding dengan cara digenang terus menerus.

Metode Giring-Giring

Balitbangtan Sukamandi (sekarang BB Padi) memulai penelitian budidaya padi hemat air pada 1984. Pada metode giring-giring , interval waktu pemberian air dijadikan dasar dalam merancang sistem pengairan air pada suatu wilayah tersier bila kondisi debit air di daluran sekunder berada di bawah normal.

Batas kritis selang hari pengairan untuk tanaman padi sawah adalah 4 hari dan diatas batas ini varietas unggu baru (VUB) padi sawah akan mengalami penurunan hasil. Dengan cara ini, areal sawah yang dapat diairi pada musim kemarau menjadi 2 kali lebih luas.

Metode Basah-Kering

Metode basah kering yang dikembangkan IRRI bekerjasama dengan BB Padi ini dasarnya mengatur pemberian air sesuai kebutuhan tanaman padi. Metode ini dipraktekan mulai tanam sampai 1 (satu) minggu sebelum tanaman berbunga. Sawah baru diairi apabila kedalaman muka air tanah mencapai 15 cm diukur dari permukaan tanah (batas aman pengairan basah-kering). Hal ini dapat diketahui dengan bantuan alat sederhana dari paralon yang dibenamkan ke dalam tanah (Gambar 1 dan 2).

Metode basah kering

Rekomendasi Pengelolaan Air Berdasar Spesifik Lokasi

Penerapan pemanfaatan air irigasi bervariasi antara satu wilayah irigasi dengan wilayah irigasi lain karena perbedaan karakteristik berikut :

  1. distribusi curah hujan,
  2. kondisi infrastruktur jaringan irigasi,
  3. tingkat kerawanan kekeringan,
  4. parameter fisika tanah,
  5. hidrologi lahan,
  6. teknik budidaya,
  7. cara pengairan dari petak ke petak, dan 
  8. organisasi pemakai air

Pengaturan air yang efisien dapat

  • meningkatkan intensitas tanam,
  • mengurangi kebutuhan debit air 15 harian,
  • mengurangi dampak kekeringan.

Manfaat Pengairan Berselang dengan Metode Basah-kering

  1. Bersinergi dengan pemupukan. Serapan hara tinggi pada kondisi tanah basah-kering.
  2. Dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah.
  3. Apabila dikombinasikan dengan pegendalian gulma menggunakan cara manual (tangan gasrok/landak) dan pemupukan, maka pupuk dapat bercampur dengan tanah sehingga pemakaiannya lebih efisien.
  4. Menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat, keong mas) dan penyakit (busuk batang, busuk pelepah daun) tanaman padi.
  5. Tanaman padi lebih tahan rebah, karena sistem perakaran yang lebih dalam.

 

Leaflet 2009

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2009

Untuk informasi lebih lanjut hubungi : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jalan Raya No. 9 Sukamandi - Subang Telp : 0260-520157