Meningkatkan kesuburan lahan & produktivitas padi melalui SRI Organik

System of Rice Intensification (SRI)

Keunggulan SRI Organik

  • Usahatani ramah lingkungan
  • Hemat air irigasi
  • Hemat saprodi (bibit)
  • Produksi tinggi (diatas rata-rata nasional)
  • Mendaur ulang limbah
  • Memperbaiki kesuburan tanah
  • Berbasis kearifan lokal
  • Produk sehat bebas residu kimia
  • Harga beras diatas harga pasar

Peluang Pengambagan SRI Organik

  • Tersedianya potensi lahan sawah beririgasi yang cukup luas
  • Meningkatnya kesadaran masyarakat akan produk pangan sehat
  • Adanya dukungan pemerintah, swasta dan Perguruan Tinggi dalam pengembangan SRI Organik

Tantangan Pengembangan SRI Organik

  • Kebiasaan membuang dan membakar jerami di sebagian besar petani menjadi budaya
  • Diperlukan proses pembelajaran pendampingan intensif

Langkah-langkah SRI Organik

  1. Pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal)
    • MOL merupakan cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami.
    • MOL berfungsi sebagai dekomposer, aktivator dan tambahan nutrisi bagi tumbuhan
    • MOL dapat dibuat dengan bahan-bahan yang ada dilokasi seperti keong mas, rebung, tulang dan sebagainya
  2. Pembuatan Kompos
    Pembuatan Kompos
    Pembuatan Kompos
     
    • Kompos adalah bahan alami yang telah lapuk melalui proses dekomposisi / penghancuran / penguraian oleh mikro organisme.
    • Bahan pembuatan kompos antara lain dari kotoran hewan, sisa tanaman, limbah orgnik, jerami.
    • Untuk memperepat proses dekomposisi bahan tersebut dicacah terlebih dahulu dengan menggunakan chopper dan ditambahkan MOL.
  3. Pengolahan Tanah
    • Pengolahan tanah dilakukan seperti metode konvesional, kemudian ditambah kompos sebanyak 5 - 7 ton/ha (tergantung kondisi kesuburan tanah).
  4. Pemilihan Benih Sehat dan Bernas
    • Benih padi diuji dengan menggunakan larutan garam dalam air (indikator jumlah garam sudah mencukupi apabila telur ayam mentah dapat terapung).
    • Benih padi yang tenggelam pada larutan diambil, dicuci dengan air tawar, benih siap disemai.
  5. Persemaian
    • Tempat persemaian dibuat dalam besek / kotak / nampan dengan media tumbuh campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1.
    • Kebutuhan benih perhektar sekitar 5 kg/ha.
  6. Penanaman & Jarak Tanam 
    Penanaman & Jarak Tanam
    Penanaman & Jarak Tanam
    • Penanaman bibit berumur 5-7 hari. Tanam pindah, tidak lebih dari 15 menit. Ditanam tunggal, dangkal, mebentuk huruf L. Jarak tanam lebar yaitu 40 x 40 cm atau 50 x 50 cm
  7. Pengelolaan Air & Penyiangan
    • Secara umum pada pertumbuhan padi fase vegetatif, air diberikan secara macak-macak.
    • Penggenangan setinggi 2-3 cm hanya dilakukan pada saat penyiangan.
    • Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 10 hari sejak tanam, sebanyak 4 kali.
    • Sehabis penyiangan diberi MOL sebagai nutrisi
    • Umur 45 hari lahan dikeringkan selama 10 hari.
    • Setelah umur 55 hari air diberikan secara macak-macak kembali.
    • Setelah padi bernas maka air dikeringkan sampai panen.
  8. Pengendalian Hama
    • Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu.
    • Menghindari praktek-praktek pengendalian hama dan penyakit yang akan merusak agroekosistem.
    • Pengendalian hama dan penyakit dapat menggunakan pestisida nabati.
  9. Panen
    • Produksi meningkat, bebas residu

Masalah Dalam Berusaha Tani Padi

  • Produksi sulit meningkat, cenderung menurun
  • Penggunaan pupuk kimia (Urea, TSP, KCL) semakin meningkat
  • Biaya usahatani kian meningkat, namun pendapatan menurun
  • Serangan hama dan penyakit kian meningkat
  • Tanah semakin padat, keras, lengket, mudah kering dan asam
  • Air semakin kurang, tidak mencukupi
  • Pestisida tetap menjadi andalan, bahkan makin ketergantungan

Leaflet 2009. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian